Dua Telinga Kita

 

Al-Ghazali rahimahullah mengungkapkan bahwa kenikmatan hidup bisa dirasakan salah satunya melalui telinga. Dengan telinga kita bisa mendengar desir angin yang lembut, gemericik air, ranting patah, desau daun, siulan burung, atau tutur kata teman bicara. Namun kenikmatan tersebut bersifat sementara. Begitu gelombang suara yang ditangkap telinga berhenti, kenikmatan mendengarnya akan menghilang begitu saja. .

Struktur ciptaan Allah yang kelihatannya sederhana ini sangat canggih. Susunan dalamnya menyerupai gua dasar laut, berkelak-kelok dan memiliki rumah siput. Hingga kini belum ada teknologi canggih yang menyamainya. Selain mampu menangkap bunyi dengan bening tanpa desis, bersih seperti aslinya telinga juga menyimpan keseimbangan luar biasa. Bunyi akan terdengar lebih jelas jika kedua telinga berfungsi baik. Dan jika salah satu ditutup suara yang terdengar kurang utuh.

Telinga juga berperan khusus saat belajar berbahasa. Telinga berhubungan ke otak dan pengorganisasiannya secara silang. Otak kanan ( non verbal ) berhubungan dengan telinga kiri sedangkan otak kiri ( kemampuan verbal ) berhubungan dengan telinga kanan. Saat kita mendengar nada maka telinga kiri yang merespon dengan cepat. Dan saat mendengar perkataan telinga kanan bereaksi cepat. Misalkan kita duduk di tengah dua orang yang membisikkan kata berbeda satu sama lain. Maka kata yang diucapkan dekat telinga kanan berpeluang ditangkap lebih besar dibandingkan telinga kiri.

Telinga merupakan indra yang membuktikan tingginya kreasi Allah dan berdaya guna bagi manusia. Konsep keobyektifan bagi diri kita juga terdapat di telinga. Sisi kiri dan kanan mencerminkan dualisme arah hidup. Analoginya sisi kiri mencerminkan hal-hal negatif. Sementara sisi kanan mencerminkan hal-hal positif. Meski tidak selalu demikian.

Suatu waktu kita perlu mendengar dari sisi berbeda. Tidak hanya dari sebelah kanan tapi kiri juga. Dengan mendengar dari arah berbeda akan melatih kita menyaring yang baik dan buruk dan juga membantu memililh pilihan terbaik setelah melakukan pertimbangan akan resiko yang muncul kemudian.

Mendengar dari kedua pihak tidak dari satu sisi saja akan melatih berbuat adil. Saat saudara kita terlibat perselisihan, misalnya, kita perlu mendengar darikedua pihak tidak dari satu sisi saja.
Mendengar dari sisi berbeda berarti tidak menutup diri akan ide yang lebih baik dari pemikiran kita. Bukan dengan menerima saran orang lain kualitas kita akan meningkat.

Dua telinga ini sangat istimewa. Karena selain membantu menangkap hal yang baik dan memilih yang benar dalam hidup juga membantu kita untuk belajar berbuat adil baik pada orang lain maupun juga diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar