LAHAR DINGIN MERAPI

VIVAnews - Sebanyak 4.500 kepala keluarga (KK) atau sekitar 14.000 jiwa yang tinggal di bantaran sungai yang berhulu di Gunung Merapi, khususnya warga di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terancam bahaya banjir lahar dingin. Ancaman ini jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama di puncak Warga yang terancam banjir lahar dingin tersebut tinggal di bantaran kali Gendol, Opak, Kuning, dan Boyong.


“Namun demikian, jika terjadi banjir lahar dingin, tidak semua akan dievakuasi atau harus mengungsi ke daerah yang aman. Warga yang dievakuasi akan tergantung dengan situasi dan kondisinya,” kata Urip Bahagia, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat, 4 November 2011.


Berdasarkan pengalaman banjir lahar dingin pada 2010, tidak semua warga yang tinggal di bantaran empat sungai tersebut dievakuasi. Saat itu, yang dievakuasi hanya sekitar 2.000 jiwa.


“Untuk tempat evakuasi telah disiapkan beberapa lokasi seperti menggunakan balai desa seperti Balai Desa Sinduadi, menggunakan sekolah dasar, dan barak pengungsian, sehingga dapat digunakan untuk tinggal sementara,” paparnya.


Begitu pula dengan kesiapan logistik, jika terjadi banjir lahar dingin dan warga harus mengungsi sudah siap untuk didistribusikan. Bahkan, para kepala dukuh yang berada pada daerah paling rawan juga telah dibekali dengan mega phone dan Handy Talkie (HT), sehingga ketika ada informasi dari HT tentang banjir lahar dingin, mereka dapat mengumumkan ancaman bahaya banjir tersebut kepada warga melalui mega phone.


“Jika masih ada kesempatan juga melalui pengeras suara yang ada di masjid-masjid,” ucapnya.


Lebih lanjut, Urip menyatakan banjir lahar dingin yang dapat berlangsung di empat sungai tersebut potensi paling besar sendiri di kali Gendol. Karena material Merapi masih mencapai 90 juta meter kubik.


“Sekitar 2.000-an KK yang tinggal di bantaran kali Gendol --bisa terancam. Karena alur kali Gendol ini cukup panjang yang nantinya akan menjadi satu dengan kali Opak. Mulai dari Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, dan Prambanan,” tuturnya.


Anggaran untuk tanggap dini terhadap banjir lahar dingin sendiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sleman pada 2011 ini disiapkan sebesar Rp4 miliar. Namun, dana itu sudah dipergunakan, sehingga dipastikan berkurang karena untuk menangani bencana banjir lahar dingin awal 2011 lalu.


“Untuk dana tak terduga guna penanggulangan bencana banjir lahar dingin sudah disiapkan sebesar Rp4 miliar. Namun, dana tersebut juga telah dipakai untuk penanganan banjir lahar awal 2011,” ujarnya. (Laporan: Juna Sanbawa | DIY, art)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar